Kota Giri mempunyai teladan yang luar biasa. Kewibawaan, kesaktian, dan keistimewaannya tidak gampang ditafsirkan orang-orang biasa. Tersebutlah seorang ulama bernama KH Zubair.
Sosoknya sangat dikagumi. Berkat ilmu-ilmu yang dipelajari di Makkah, Kiai Zubair menyebarkan agama Islam.
Amal ibadah jiwa luhurnya pun terkenal tidak hanya di Gresik, tetapi juga hingga ke daerah-daerah lain.
Salah satu cerita keteladanan Kiai Zubair, caranya menghadapi kesombongan seorang preman pemabuk.
Cerita itu bermula saat Kiai Zubair berkunjung ke rumah anak angkatnya di daerah Pekelingan, kawasan dekat pelabuhan. Sepulang dari sana, dia berjalan kaki.
Saat itulah, si preman pemabuk menghadang di tengah jalan.
”Ayo kiai, kalau berani, adu minum sama aku. Ayo taruhan minum 1 drum. Kalau kiai yang menang, aku janji mau jadi santri selamanya,” ujar si preman dengan sombong.
Dia lantas menertawakan Kiai Zubair. Padahal, ulama yang ditertawakan tersebut mempunyai kesaktian luar biasa.
Konon Kiai Zubair bisa membelah raga jadi dua sehingga mampu hadir di dua tempat.
Sang kiai yang rendah hati kemudian meladeni tantangan preman itu dengan tujuan ibadah dan pasrah kepada Allah SWT.
Kiai Zubair mengambil gelas dan meminum omben-omben atau minuman keras. Gelas demi gelas diminum dengan membaca bismillah.
Dia mengharap rida Allah SWT, wallahu alam. Maka, 1 drum tersebut habis dengan cepat.
Bagaimana reaksi preman sombong itu? Melihat kehebatan sang kiai yang diremehkannya, preman tersebut kaget bukan main. Dia melongo.
Akhirnya, si preman mengaku kalah. Dia bersedia memenuhi janjinya untuk bertaubat dan menjadi santri Kiai Zubair.
Akhlak istimewa lain Kiai Zubair yang sangat terkenal, kedermawanannya. Dia sangat memperhatikan kondisi ekonomi orang-orang tidak mampu (duafa).
Terutama sedekah untuk para janda yang ditinggal mati suaminya. Namun, Kiai Zubair sengaja melakukannya secara sembunyi-sembunyi. Bahkan, orang yang disedekahinya pun tidak tahu.
Para janda di kawasan Kauman sering bertanya-tanya. Saat subuh, mereka menemukan uang yang diselipkan di bawah pintu atau di bawah keset rumah masing-masing.
Tidak seorang pun yang mengetahui pelakunya. Meski ditanyakan kepada siapa saja, tidak ada yang merasa pernah melihat. Sampai bertahun-tahun, hal itu selalu terjadi.
Tidak ada yang tahu pemberinya. Sampai suatu ketika, Kiai Zubair wafat. Janda-janda dan kaum duafa pun baru menyadarinya.
”Kok sekarang tidak ada lagi yang memberikan uang di bawah pintu ya,” keluh mereka. Mereka menduga jangan-jangan memang Kiai Zubair yang selama ini menjadi dermawan itu.
”Setelah Kiai Zubair meninggal, tiba-tiba tidak ada lagi yang memberi,” kata para janda.
Pertanyaan mereka lantas dijawab oleh para santri terdekat Kiai Zubair. Sejak saat itulah, kedermawanan kiai tersebut selalu menjadi cerita yang patut dicontoh.
Nama Kiai Zubair diabadikan sebagai salah satu nama jalan di daerah Pulo Pancikan. Tepatnya, di timur Jalan Malik Ibrahim. Namanya, Jalan KH Zubair.
Selain itu, setiap tahun, saat bulan Syawal Jumat terakhir, di Pondok Pesantren KH Zubair, sebelah utara Masjid Jamik Gresik, digelar haul.
Yang hadir luar biasa banyak dari berbagai daerah. (Sumber: Buku Sang Gresik Bercerita karya komunitas Mata Seger bekerja sama dengan PT Smelting/c20/roz)
#kiai_zubair #pekelingan #pulo_pancikan #masjid_jamik_gresik
#sumber_jawapos_23_juni_2016
0 Comments